Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa KESABARAN. Sebab KESABARAN adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan.
Allah menempatkan KESABARAN dalam posisi yang paling terhormat ketika Ia mengatakan:
"Mintalah pertolongan dengan KESABARAN dan sholat. Sesungguhnya urusan ini amatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’." (QS. 2: 45 )
Rahasianya adalah karena KESABARAN ibarat wanita yang melahirkan banyak sifat lainnya. Dari kesabaranlah lahir sifat santun. Dari KESABARAN pula lahir kelembutan. Bukan hanya itu. Kemampuan menjaga rahasia juga lahir dari rahim KESABARAN. Demikian pula berturut-turut lahir kesungguhan, kesinambungan dalam bekerja dan yang mungkin sangat penting adalah ketenangan.
Tapi KESABARAN itu pahit. Semua kita tahu begitulah rasanya KESABARAN itu. Dan begitulah suatu saat Rasulullah saw mengatakan kepada seorang wanita yang sedang menangisi kematian anaknya:
"Sesungguhnya KESABARAN itu hanya pada benturan pertama." (Bukhari dan Muslim).
Jadi, yang pahit dari KESABARAN itu hanya permulaannya. KESABARAN pada benturan pertama menciptakan kekebalan pada benturan selanjutnya.
"Mereka memanahku bertubi-tubi, sampai-sampai panah itu hanya menembus panah," kata penyair Arab nomor wahid sepanjang sejarah, Al-Mutanabbi.
Mereka yang memiliki naluri kepahlawan dan keberanian, harus mengambil saham terbesar dari KESABARAN. Mereka harus SABAR dalam segala hal: dalam ketaatan, meninggalkan maksiat atau menghadapi cobaan. Dan dengan KESABARAN tertinggi, "sampai akhirnya KESABARAN itu sendiri yang gagal mengejar kesabarannya," kata Ibnul Qoyyim.
No comments:
Post a Comment